PERSIAPAN RAMADHAN DGN MEMPERBANYAK PUASA SUNNAH DIBULAN SYA'BAN
PERSIAPAN RAMADHAN DGN MEMPERBANYAK PUASA SUNNAH DIBULAN SYA'BAN
Tanda seseorang gembira dengan kedatangan Ramadhan adalah ia menyiapkan bekal terbaik untuk menjalaninya. Ibarat safar yang jauh dan berat, persiapan dan perbekalan sangat menentukan keselamatan dan kesuksesan dalam menjalaninya. Khususnya bekal iman dan ketakwaan berupa mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat, mengagendakan program amal shalih dan amal sosial, dan semisalnya.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Wahai Rasulullah!aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana puasamupada bulan Sya’ban.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan.Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam.Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. Al-Nasa’i. hadits ini hasan. Lihat: Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1012)
Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan sebab beliau memperbanyak puasa di bukan Sya’ban:
Pertama, karena banyak orang lalai dari amal shalih dan ketaatan di dalamnya. Artinya, mereka tidak memperbanyak amal shalih dan ketaatan di bulan Sya’ban. Maka siapa yang menunda beramal shalih dan menjalankan ketaatan di bulan ini, maka ia termasuk bagian manusia yang lalai.
Kedua, pada bulan Sya’ban amal-amal hamba diangkat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ibnu Rajab menambahkan alasan yang ketiga, “Dikatakan juga makna lain (hikmah,-red) tentang puasa Sya’ban, bahwa puasa Sya’ban seperti latihan puasa Ramadhan agar saat dirinya masuk puasa Ramadhan tidak menjalankannya dengan berat dan beban, tapi ia telah terlatih dan terbiasa berpuasa sehingga ia merasakan manis dan enaknya puasa Sya’ban sebelum Ramadhan, sehingga ia memasuki puasa Ramadhan dengan kuat dan semangat,” (Latha-if al-Ma’arif, hal. 252)
Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah: Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu.
Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
sumber :Yusuf Mansur Network
Comments
Post a Comment